Sensasi Mulok

Rabu, 26 November 2014.

Hotel Narita, Surabaya. Menjadi tempat bertemunya seluruh peserta yang mengikuti acara Rapat Pengembangan Koleksi Local Content Jawa Timuran. Penyelenggaranya yaitu Badan Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Jatim. Saya, tanpa sengaja, diterima untuk menjadi peserta bukan sebagai delegasi dari kampus tapi bersifat pribadi. Cerita dimulai dari sini. Lanjutkan membaca “Sensasi Mulok”

Anak yang Duduk di Kursi Roda 2

BAGIAN 2

Dia mulai membenci apapun yang ada diluar; teman-temannya. Bahkan dia berjanji tidak akan menemui teman-teman yang memperolok-olokannya. Ditertawakan, hanya itu saja yang dia dapatkan ketika sedang keluar rumah. Tadi, semua teman-temannya sangat senang bermain, Erik ingin bergabung dengan mereka. Ibunya yang melihatnya sewaktu pulang dengan wajah yang merengut menyadari. Setelah Erik memasuki kamar dan menutup pintunya dengan kencang, Ibu mendekatinya. Lanjutkan membaca “Anak yang Duduk di Kursi Roda 2”

Anak yang Duduk di Kursi Roda

(Berdasarkan kisah nyata)

BAGIAN 1

Anneke, Salt Lake City (1999) – Erik sedang malas keluar rumah. Padahal hari ini awal libur sekolah yang panjang. Tahun baru kemarin dilalui dengan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Dia benci kembang api dan petasan. Itu membuatnya tidak bisa tidur. Dia sangat membencinya. Seharian yang dilakukannya hanya menonton televisi. Acara pagi kesukaannya adalah Nobita dan Doraemon, Spongebob Squarepants, Angry Birds, dan masih banyak lagi. Dia sangat menyukainya. Itu bisa membuatnya tertawa. Lanjutkan membaca “Anak yang Duduk di Kursi Roda”

Seri 1: Sekadar Cerita Di Waktu Luang

Seri 1: Bagaimana Ekor Kunang-Kunang Bisa Menyala?

            Dahulu kala, ketika manusia belum menemukan lampu; malam benar-benar gelap. Benar-benar tidak ada yang bisa dilihat. Sunyi. Senyap. Sama halnya menjejaki daerah pegunungan yang dingin serta minim pencahayaan. Sebut saja tempatnya bernama Pacet. Tempat terindah di daerah Jawa Timur, Indonesia. Negara Kepulauan terbesar di dunia. Manusia kerap datang ke sini untuk berwisata. Pemandangan nan elok, pepohonan yang rindang, dan udara sejuk, benar-benar sejuk. Sungguh. Disana hiduplah keluarga Si Kunang-Kunang. Lanjutkan membaca “Seri 1: Sekadar Cerita Di Waktu Luang”

Negeri Kretek

Cerbung: Negeri Kretek.

Hari ini hari senin. Tadi aku tidak bekerja. Kepala terasa berat sekali ku sanggah. Tak biasanya aku seperti ini. Tiba-tiba saja aku tidak ingin bekerja. Seperti biasa di negeri kretek. Rokok dan Korek Api adalah pemeran utamanya. Aku hanya punya niatan kerja di negeri kretek hanya 2 tahun, tak lebih dari itu. Awal-awalnya aku hanya mengantarkan saudaraku yang mengenal dulu negeri kretek ini. Tamatan SMK kita mencoba mengadu nasib disana. Ya, di negeri kretek. Tak ada hasutan dari dalam sekecilpun aku mau bekerja di sini. Orang tuaku melarangku merokok, tapi kulihat ayahku merokok. Kadang ada yang aneh dengan larangan yang dilontakarkan ayahku. Ahh…aku iri dengannya. Sangat iri bahkan. Rasa iri itu membelengguku, merasuk ke jiwaku, dan membuat pertanyaan dalam diriku. Memang apa enaknya merokok? Apa kau bisa kenyang dengan merokok? Apa kau tidak membaca tulisan-tulisan yang ada di packnya bungkus rokok, tak perlu aku tuliskan, kau sudah mengerti pasti…Dimana nikmatnya merokok? Bukan di jalan pasti. Mungkin kalian para perokoklah yang mengerti jawaban atas pertanyaanku. Sedangkan aku yang tidak merokok, aku tak mengerti nikmatnya merokok pada awalnya. Angin menggiringku kesini, memaksaku bekerja di negeri ini. Di negeri yang aku tak berani mengenalnya bahkan sampai lulus SMA sekalipun. Negeri ini baru bagiku. Waktu membuatku berkenalan dengannya. Rancu. Mungkin tepatnya Ragu. Apa aku bisa bertahan hidup di negeri kretek ini. Apa aku bisa? Aku mengadu nasib disini.

Bab 1: Mulai dari sini

Sore itu, aku sedang asik bermain sepak bola dengan teman-teman dan saudaraku di perempatan jalan di kampong kami, kami memanfaatkan lahan gapura yang menjulang keatas lebih dari 30cm, diatasnya ada rumput, nah disitu kami biasa bergantian menjaga gawang. Ibuku berlari dengan tergesa-gesa. Aku tidak tahu ada apa. Jangan-jangan ada apa-apa. Ibu membawa hp jadulku. Ada panggilan, ibuku berteriak dari kejauhan. Oh, ada telp pikirku ringan. Aku menepi di depan took tempat nenekku berjualan. Kabar itu aku dengar sendiri lewat hp Nokia jaduluku 2112. Seorang perempuan ibu-ibu sedang berbicara. Apa benar ini dengan bpk. …Oh iya, benar ibu, ini dari PT mana ya”, aku bertanya penasaran. “ Kami dari PT…mengundang anda untuk interview di perusahaan kami, apa bpk … bersedia datang?” ibu itu melantunkannya dengan sangat baik. “ Iya ibu, saya bersedia.” Balasku. “Kami tunggu hari…tgl…jam…alamat…, terima kasih bpk, kami tunggu kehadiranya.” Sopan sekali ibu itu. “Iya ibu, terima kasih.” Mencoba meniru gaya bicara ibu yang sangat sopan. Klik…telp terputus. Begitulah mulanya saya di undang datang ke suatu perusahaan untuk interview. Untuk pertama kalinya. Teman-teman dan saudara-saudaraku ikut berhenti. Berjalan kearahku. Menatapiku dengan penuh tanya. Aku tersenyum. Senyum yang sedikit aneh di wajah mereka. Aku langsung bilang ke mereka, aku ada panggilan. Teman-temanku saling memandangi diri mereka satu sama lain. Begitu pul saudaraku. Celetuk temanku, ada panggilan dari pacar maksudnya mungkin. Aku menggaruk-garuk kepala. Bukan, sergahku. Panggilan interview. Hah…intermilan, memang Intermilan nanti bertanding sama Chelsea. Bukan bukan…maksudnya aku ada panggilan ke perusahaan. Hening sejenak. Terlihat wajah-wajah sumringah, senang kegirangan mendengar kabar itu dariku. Hp aku kembalikan ke ibuku. Aku kembali mengambil bola. Ayoo…kita main lagi teman-teman. Sore itu semangat bermain bola tertambahkan dengan semangat ada panggilan interview.

***

Bau masakan terasa di pagi hari. Bangun nak, bangun…ibu menggoyang-goyang badanku. Aku masih bermimpi, dan di dalam mimpi itu terasa ada gempa, begitu aku jatuh dari dipan, aku terbangun dengan bau yang tidak sedap, rambut yang masih acak-acakan, bantal dan guling ada di mana-mana, ya itulah aku. Aku melihat jam, sudah jam 07.30, aku masih tak percaya. Aku mengusap-usap kedua mataku. Ternyata benar. Seketika juga aku langsung merapikan semuanya, semua yang bisa dirapikan, tak lupa merapikan rambutku juga. Hmm…bau masakan ibu membuatku bersemangat. Bergegas mandi. Setelahnya bergegas mencari baju berwarna putih dan celana berwarna hitam. Hitam dan Putih. Aku menanyakan ke ibuku. Dimana mereka-mereka? Ibuku menjawab di sebelah sana, di sebelah mana bu, disebelah sana nak, di lemari itu…Berjalan dan mendapatkannya. Yeah. Begitulah pemandangannya. Terlihat asap yang mengepul-ngepul. Suara TV sedang asik berdebat dengan TV tetangga. Motor sudah marah-marah, tak kalah dengan nasi mengepul-ngepulkan asapnya, asap yang lebih mematikan dari asapnya nasi. Tentu. Anak-anak kecil sudah mulai bekerja ramai-ramai, ada yang pura-pura bekerja sebagai dokter, ada yang penjaga took, bahkan juga ada yang menjadi Patrick dan Spongebob, yeah, dua kartun itu ya…terkadang aku menyukainya. Ups..aku lupa aku harus bergegas pergi ke perusahaan itu. Cepat-cepat sarapan. Persiapa beres. Waktunya meluncur.

***

Kalau gak macet bukan Surabaya namanya. Matahari mulai bangun sedari tadi. Tanaman-tanaman mulai menari-nari. Angin mulai bersama-sama menuju ke arah yang dituju. Segerombolan manusia yang dianggap sempurna saling mencari arah. Entah saling menuju kemana aku tak tahu. Kadang aku ingin bertanya ke mereka. Mereka mau meuju kemana? Tapi agaknya tak perlu. Takut dikira ikut campur urusan orang. Tin tin…bunyi klakson container. Ton ton…bunyi klakson truck…Wew wew…begitu bunyi yang satu ini keluar, semua pada minggir, ya, mobil ambulance pemenangnya, eits, tak kalah juga bunyi Trrrtrrrnya becak, ikut menambah alunan ramainya kota pahlawan ini. Satu komposisi yang selalu berubah tiap harinya. Ternyata mereka composer yang hebat secara tak sengaja saling berkolaborasi dalam menghasilkan karya music dari bunyi klakson. Hebat juga. Aku tetap pada motorku. Kupacu sedikit cepat. Karena takut terlambat sedikit cepat, agak cepat, dan sangat cepat bahkan…dan kembali sedang. Takut menabrak orang. Ku kendalikan dengan kecepatan normal. Aku tidak mau mengendarainya dengan kecepatan cepat. Tak terasa aku sudah dekat dengan tempat perusahaan itu. Akhirnya aku sampai. Parkir di parkiran tamu, titip KTP, dan duduk manis menunggu langkah selanjutnya. Pikirku aku sendirian. Ternyata tidak. Aku ditemani seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kita bertiga. Berbaju putih semua dan bercelana hitam semua. Yeah. Tempat parkir terletak di bagian depan sebelah kiri tak jauh dari gerbang masuk, sebelah kiri lagi ada Polklinik dan Koperasi. Sedang, disebelah kanan dari gerbang masuk ada tempat parkir karyawan, tempat pos satpam, dan baru – baru ini ada ATM yang tinggal disana. Dan didepan gerbang masuk

***

utama itu jalan menuju ke dalam. Kita diarahkan kesana. Saling sapa, saling bertanya, dan saling menaruh asa. Ada kesamaan diantara kita. Sama-sama dari Multimedianya. Program yang kita ambil sewaktu di bangku SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. Tak jauh dari jalan itu kita langsung bertemu dengan bangunan perkantoran yang cantik. Bangunan itu dikelilingi taman-taman yang asri. Sebelah kiri kami berjalan ada kantor kecil agaknya itu kantor pengiriman barang. Banyak mobil-mobil bergigi maju disana, forklift. Kami melewati bangunan itu. Ternyata bangunan itu bagian depannya menghadap ke selatan. Kami berjalan ke ruang HRD yang terletak di sebelah utara bangunan. Terletak di lantai 2. Kami naik keatas. Kami menunggu di lobi. Menunggu, menunggu, dan menunggu…cukup lama sampai akhirnya seorang perempuan berjalan ke arah kami. Dan mengantarkan kami ke sebuah ruangan, sebuah ruangan entah itu ruangan apa, tapi yang pasti, itu ruangan dibuat untuk interview dan kita saling bergantian masuk kesana. Kami bertiga saling menaruh asa, bak seleksi The Voice Indonesia kami bergantian masuk ke ruangan itu. Begitu giliranku, aku sedikit nervous alias gugup, gagap, dan gundah gulana, jangan sampai galau. Dengan penuh keyakinan aku melangkah, kearaha ruangan itu, dan di ruangan itu ada 3 bapak-bapak yang menungguku masuk. Aku mulai membuka pintunya dengan sopan. Aku mulai duduk di hadapan mereka. Sebelah paling kanan ada bapak yang gendut, tidak berkumis, rambut rapi, di bagian tengah bapak-bapak yang terlihat masih muda, dan disebelah paling kiri sedikit lebih kurus dari bapak yang paling kanan. Aku merasa aneh bila dilihat olhe mereka. Namun aku tetap percaya diri, interview berjalan cukup baik.

***

Setelah hampir 15 menit lamanya aku keluar. Teman-teman yang lain pada saling bertanya, kamu lama sekali interviewnya. Akupun tak tahu mengapa aku lebih lama dari yang lain. Dan pertanyaan yang lain seterusnya terlontar dari teman-teman berbaju putih dan bercelana hitam. Setelah obrolan habis. Kami mulai menunggu. Menunggu hasilnya. Perempuan yang mengarahkan kami tadi memberitahu ke kami bahwa hasil seleksi akan diumumkan langsung hari itu juga. Mebuat jantungku hampir lari terbirit-birit. Memompa darahku, bahkan sel-sel darah merahku. Ah…agaknya terlalu berlebihan. Kami terus menunggu. Sampai pada suatu waktu perempuan yang mengarahkan tadi memberikan pengumuman hasil seleksi dan yang berhasil lolos dan bisa langsung bekerja besoknya adalah …

***

Negeri Kretek (bersambung…)